v 3 Orang sukses karena Wirausaha
Bob Sadino
Bob Sadino (Lampung,
9 Maret 1933), atau akrab dipanggil om Bob, adalah seorang pengusaha asal
Indonesia yang berbisnis di bidang pangan dan peternakan. Ia adalah pemilik
dari jaringan usaha Kemfood dan Kemchick. Dalam banyak kesempatan, ia sering
terlihat menggunakan kemeja lengan pendek dan celana pendek yang menjadi ciri
khasnya. Bob Sadino lahir dari sebuah keluarga yang hidup berkecukupan. Ia
adalah anak bungsu dari lima bersaudara. Sewaktu orang tuanya meninggal, Bob
yang ketika itu berumur 19 tahun mewarisi seluruh harta kekayaan keluarganya
karena saudara kandungnya yang lain sudah dianggap hidup mapan.
Bob kemudian
menghabiskan sebagian hartanya untuk berkeliling dunia. Dalam perjalanannya
itu, ia singgah di Belanda dan menetap selama kurang lebih 9 tahun. Di sana, ia
bekerja di Djakarta Lylod di kota Amsterdam dan juga di Hamburg, Jerman. Ketika
tinggal di Belanda itu, Bob bertemu dengan pasangan hidupnya, Soelami Soejoed.
Pada tahun 1967, Bob
dan keluarga kembali ke Indonesia. Ia membawa serta 2 Mercedes miliknya, buatan
tahun 1960-an. Salah satunya ia jual untuk membeli sebidang tanah di Kemang,
Jakarta Selatan sementara yang lain tetap ia simpan. Setelah beberapa lama
tinggal dan hidup di Indonesia, Bob memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya
karena ia memiliki tekad untuk bekerja secara mandiri.
Pekerjaan pertama
yang dilakoninya setelah keluar dari perusahaan adalah menyewakan mobil
Mercedes yang ia miliki, ia sendiri yang menjadi sopirnya. Namun sayang, suatu
ketika ia mendapatkan kecelakaan yang mengakibatkan mobilnya rusak parah.
Karena tak punya uang untuk memperbaikinya, Bob beralih pekerjaan menjadi
tukang batu. Gajinya ketika itu hanya Rp.100. Ia pun sempat mengalami depresi
akibat tekanan hidup yang dialaminya.
Suatu hari, temannya
menyarankan Bob memelihara ayam untuk melawan depresi yang dialaminya. Bob
tertarik. Ketika beternak ayam itulah muncul inspirasi berwirausaha. Bob
memperhatikan kehidupan ayam-ayam ternaknya. Ia mendapat ilham, ayam saja bisa
berjuang untuk hidup, tentu manusia pun juga bisa.
Sebagai peternak
ayam, Bob dan istrinya, setiap hari menjual beberapa kilogram telor. Dalam
tempo satu setengah tahun, ia dan istrinya memiliki banyak langganan, terutama
orang asing, karena mereka fasih berbahasa Inggris. Bob dan istrinya tinggal di
kawasan Kemang, Jakarta, di mana terdapat banyak menetap orang asing.
Tidak jarang pasangan
tersebut dimaki pelanggan, babu orang asing sekalipun. Namun mereka mengaca
pada diri sendiri, memperbaiki pelayanan. Perubahan drastis pun terjadi pada
diri Bob, dari pribadi feodal menjadi pelayan. Setelah itu, lama kelamaan Bob
yang berambut perak, menjadi pemilik tunggal super market (pasar swalayan) Kem
Chicks. Ia selalu tampil sederhana dengan kemeja lengan pendek dan celana
pendek.
Bisnis pasar swalayan
Bob berkembang pesat, merambah ke agribisnis, khususnya holtikutura, mengelola
kebun-kebun sayur mayur untuk konsumsi orang asing di Indonesia. Karena itu ia
juga menjalin kerjasama dengan para petani di beberapa daerah.
Bob percaya bahwa
setiap langkah sukses selalu diawali kegagalan demi kegagalan. Perjalanan
wirausaha tidak semulus yang dikira. Ia dan istrinya sering jungkir balik.
Baginya uang bukan yang nomor satu. Yang penting kemauan, komitmen, berani
mencari dan menangkap peluang.
Di saat melakukan
sesuatu pikiran seseorang berkembang, rencana tidak harus selalu baku dan kaku,
yang ada pada diri seseorang adalah pengembangan dari apa yang telah ia
lakukan. Kelemahan banyak orang, terlalu banyak mikir untuk membuat rencana sehingga
ia tidak segera melangkah. “Yang paling penting tindakan,” kata Bob.
Keberhasilan Bob
tidak terlepas dari ketidaktahuannya sehingga ia langsung terjun ke lapangan.
Setelah jatuh bangun, Bob trampil dan menguasai bidangnya. Proses keberhasilan
Bob berbeda dengan kelaziman, mestinya dimulai dari ilmu, kemudian praktik,
lalu menjadi trampil dan profesional. Menurut Bob, banyak orang yang memulai
dari ilmu, berpikir dan bertindak serba canggih, arogan, karena merasa memiliki
ilmu yang melebihi orang lain.
Sedangkan Bob selalu
luwes terhadap pelanggan, mau mendengarkan saran dan keluhan pelanggan. Dengan
sikap seperti itu Bob meraih simpati pelanggan dan mampu menciptakan pasar.
Menurut Bob, kepuasan pelanggan akan menciptakan kepuasan diri sendiri. Karena
itu ia selalu berusaha melayani pelanggan sebaik-baiknya. Bob menempatkan
perusahaannya seperti sebuah keluarga. Semua anggota keluarga Kem Chicks harus
saling menghargai, tidak ada yang utama, semuanya punya fungsi dan kekuatan.
Kembali ke tanah air
tahun 1967, setelah bertahun-tahun di Eropa dengan pekerjaan terakhir sebagai
karyawan Djakarta Lloyd di Amsterdam dan Hamburg, Bob, anak bungsu dari lima
bersaudara, hanya punya satu tekad, bekerja mandiri. Ayahnya, Sadino, pria Solo
yang jadi guru kepala di SMP dan SMA Tanjungkarang, meninggal dunia ketika Bob
berusia 19.
Modal yang ia bawa
dari Eropa, dua sedan Mercedes buatan tahun 1960-an. Satu ia jual untuk membeli
sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan. Ketika itu, kawasan Kemang sepi,
masih terhampar sawah dan kebun. Sedangkan mobil satunya lagi ditaksikan, Bob
sendiri sopirnya.
Suatu kali, mobil itu
disewakan. Ternyata, bukan uang yang kembali, tetapi berita kecelakaan yang
menghancurkan mobilnya. ”Hati saya ikut hancur,” kata Bob. Kehilangan sumber penghasilan, Bob lantas bekerja
jadi kuli bangunan. Padahal, kalau ia mau, istrinya, Soelami Soejoed, yang
berpengalaman sebagai sekretaris di luar negeri, bisa menyelamatkan keadaan.
Tetapi, Bob bersikeras, ”Sayalah kepala keluarga. Saya yang harus mencari nafkah.”
Untuk menenangkan
pikiran, Bob menerima pemberian 50 ekor ayam ras dari kenalannya, Sri Mulyono
Herlambang. Dari sini Bob menanjak: Ia berhasil menjadi pemilik tunggal Kem
Chicks dan pengusaha perladangan sayur sistem hidroponik. Lalu ada Kem Food,
pabrik pengolahan daging di Pulogadung, dan sebuah ”warung” shaslik di Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta. Catatan awal
1985 menunjukkan, rata-rata per bulan perusahaan Bob menjual 40 sampai 50 ton
daging segar, 60 sampai 70 ton daging olahan, dan 100 ton sayuran segar.
”Saya hidup dari fantasi,” kata Bob menggambarkan keberhasilan
usahanya. Ayah dua anak ini lalu memberi contoh satu hasil fantasinya, bisa
menjual kangkung Rp 1.000 per kilogram. ”Di mana pun tidak ada orang jual kangkung dengan harga
segitu,”
kata Bob.
Om Bob, panggilan
akrab bagi anak buahnya, tidak mau bergerak di luar bisnis makanan. Baginya,
bidang yang ditekuninya sekarang tidak ada habis-habisnya. Karena itu ia tak
ingin berkhayal yang macam-macam. Haji yang berpenampilan nyentrik ini,
penggemar berat musik klasik dan jazz. Saat-saat yang paling indah baginya,
ketika shalat bersama istri dan dua anaknya.
Meity Amelia
Berawal dari hobi,
Meity Amelia sukses sebagai pengusaha bakery dan cake. Ikuti perjalanan hidupnya.
Meity Amelia lahir di kota kecil di Gorontalo, 50 tahun lalu. Waktu itu
daerahnya sepi dan tidak banyak orang yang menjual makanan. Setiap sore, Sang
Mama selalu membut kue-kue untuk kedua anaknya. Awalnya ia hanya bisa melihat
dan membantu mengambilkan alat atau bahannya saja. Tapi lama-kelamaan, ia ikut
mengaduk adonan, mencetak dan membakar atau menggorengnya.
Karena seringnya
membantu, sejak masuk sekolah dasar (SD), ia sudah bisa membuat puding dan roti
goreng sendiri. “Rasanya puas bisa membuat roti goreng sendiri dan dinikmati
sendiri,” jelas Meity. Jadi ketika teman-teman sebayanya senang bermain-main di
luar rumah, ia berada di dapur membantu mamanya memasak atau membuat kue
sendiri.
Selain belajar
membuat aneka cake dan masakan, ia juga sudah diajari bisnis oleh orang tuanya.
Ketika menginjak kelas 3 SD, ia sudah berani menjual permen dari gula merah di
sekolahnya. Karena rasanya enak dan murah, dagangannya selalu habis dibeli
teman-temannya. ”Permen gula merah saya buat sendiri, jadi keuntungannya jadi
lebih besar,” jelas ibu 6 anak ini.
Keahlian membuat cake
makin bertambah ketika ia menginjak sekolah menengah pertama (SMP). Ia suka
membeli majalah atau buku tentang resep dan masakan. Tidak hanya dibaca saja,
tetapi ia juga senang mempraktikannya di rumah. Hasilnya, ia sering sekali
menghadiahi teman-teman atau ponakan dengan tart. ”Kalau pas ada perayaan atau
ada teman atau keponakan ulang tahun, saya sering memberi hadiah kue atau tart
buatan sendiri,” jelas istri Suryo Hadisantoso ini. Ia juga pernah membantu
usaha kakak iparnya membuat kue kering.
Proses belajar yang
panjang, serta pengalaman yang banyak membuat kue dan cake, ternyata sangat
berguna ketika ia menjalankan bisnis cake di Jakarta. Tahun 1993, ia membuka
Grandville Island, Bakery dan Cake Shop di komplek pertokoan Greenville,
Jakarta Barat. Waktu itu modalnya hanya 1 mikser kecil, 1 oven biasa, 1 meja
dan 1 lemari pendingin. Perlahan tapi pasti, ia mulai mendapatkan pelanggan. ”Motto
kami adalah kualitas di atas kuantitas,” jelasnya. Untuk itu ia benar-benar
memperhatikan kualitas bahan, penampilan, dan rasa.
Kelebihan dari cake
atau kue buatannya adalah ia selalu memperhatian detail dan membuatnya lebih
artistis. Kalau pelukis menuangkan ide atau gagasannya melalui kain atau
kertas, Meity menuangkannya lewat cake atau kue yang ia buat. ”Saya selalu
berusaha membuat cake atau kue menjadi lebih cantik dan indah,” jelas Meity
yang memang jago menghias cake ini.
Karena makin lama
pesanan makin banyak, ia mengambil karyawan untuk membantunya. Sekarang ini ia
dibantu 13 karyawan. ”Tapi kalau mendekati Lebaran, Natal atau hari raya
lainnya, saya bisa dibantu 30 karyawan,” jelas Meity yang sampai sekarang masih
rajin ikut kursus membuat cake dan kue. Baginya, belajar merupakan keharusan
jika ingin produknya terus didatangi pelanggan.
Selain kue kering, ia
juga menerima pesanan aneka tart untuk segala keperluan, aneka snack, dan roti.
Lebih dari 60 jenis cake yang ia produksi antara lain: blackforest, tiramisu,
havana cake, sultana butter, caramel nut, cruncy drop’s dan masih banyak lagi.
Beberapa pejabat dan artis pernah merasakan kelezatan cake buatannya. ”Taufik
Hidayat pernah pesan tart untuk ulang tahun anaknya,” jelas Bendahara Asosiasi
Bakery Indonesia ini.
Ada beberapa tips untuk mereka yang ingin memulai usaha makanan. Pertama, kerjakan dengan kesungguhan hati dan ikhlas. Jangan pernah menggerutu dengan apa yang ia kerjakan. Kedua, jangan malas belajar entah dengan mengikuti kursus atau membaca buku. ”Ketiga, terus jaga kualitas dan selalu buat inovasi baru,” tegas Meity.
Ada beberapa tips untuk mereka yang ingin memulai usaha makanan. Pertama, kerjakan dengan kesungguhan hati dan ikhlas. Jangan pernah menggerutu dengan apa yang ia kerjakan. Kedua, jangan malas belajar entah dengan mengikuti kursus atau membaca buku. ”Ketiga, terus jaga kualitas dan selalu buat inovasi baru,” tegas Meity.
Sukyatno (Hoo Tjioe)
Siapa yang tak kenal
dengan produk es teller 77, ratusan gerainya sudah tersebar di seluruh
nusantara. Tidak puas dengan mempertahankan pasar dalam negeri, kini
produk es teller 77 merupakan salah satu bisnis
franchise makanan yang berhasil merambah pasar internasional.
Produknya sudah menjangkau pasar luar negeri seperti Malaysia, Singapura,
Australia, serta masih akan terus dikembangkan untuk membuka gerai berikutnya
di India, Jeddah dan Arab Saudi.
Terinspirasi dari sang mertua (Ibu Murniati
Widjaja) yang menang lomba membuat es teler, Sukyatno yang dulunya bernama Hoo
Tjioe Kiat mencoba menjual es teler di emperan toko dengan menggunakan tenda –
tenda. Usaha yang dimulainya pada tanggal 7 Juli 1982 ini, ternyata bukan peluang bisnis yang pertama kali Ia coba.
Berbagai peluang bisnis seperti menjadi salesman, tengkulak jual beli
tanah, makelar pengurusan SIM, menjadi pemborong bangunan, sampai mencoba
bisnis salon pernah Ia geluti dan semuanya gagal ditengah jalan.
Tak ingin mengulangi
kegagalan bisnis seperti sebelumnya, Sukyatno mulai menekuni bisnis es telernya
yang diberi nama es teler 77. Angka 77 digunakan sebagai merek es telernya,
karena angka tersebut mudah diingat dan diharapkan menjadi angka hoki bagi
pemilik bisnis ini. Keyakinan Sukyatno pun tepat, merek es teler 77 mulai
dikenal masyarakat dan menjadi salah satu produk unggulan dari dulu sampai
sekarang.
Dari sebuah warung
tenda yang dulunya berada di emperan toko, Sukyatno berinisiatif untuk
mengembangkannya menjadi bisnis waralaba. Setelah 5 tahun mempertahankan
bisnisnya, tepat pada tahun 1987 untuk pertama kalinya dibuka gerai es teler 77
di Solo dengan sistem franchise. Semenjak itu perkembangan bisnisnya pun sangat
pesat, dengan keuletan dan kerja keras yang dimiliki Sukyatno kini es teller 77
telah memiliki lebih dari 180 gerai yang tersebar di berbagai pusat
perbelanjaan dan pertokoan yang ada di Indonesia bahkan hingga mancanegara.
Kunci sukses es teller 77
Bersamaan dengan
perkembangan bisnisnya, pada tahun 2007 Sukyatno kembali ke hadapan Yang
Maha Esa. Kesederhanaan dan kerjakerasnya dalam mengembangkan usaha, kini
dilanjutkan oleh salah satu anaknya yaitu Andrew Nugroho selaku direktur PT.
Top Food Indonesia. Berkat komitmen para pengelola bisnis ini, sekalipun
menghadapi persaingan dagang yang cukup ketat dengan bisnis franchise makanan
asing maupun franchise lokal yang saat ini banyak bermunculan. Es teller 77
terus berusaha untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi para konsumennya.
Ini dibuktikan dengan adanya inovasi baru dari es teler 77 yang mengenalkan
menu makanan terbarunya antara lain gado – gado, rujak buah, mie kangkung, dan
nasi goreng buntut. Andrew sengaja mempertahankan menu tradisional yang tidak
asing bagi lidah orang Indonesia, agar masyarakat yang masuk pertokoan masih
bisa menemukan menu tradisional yang mereka gemari.
Disamping itu untuk
meningkatkan loyalitas konsumen terhadap es teler 77, Andrew juga memberikan
fasilitas kartu member bagi para pelanggannya. Dengan kartu klub juara yang
diluncurkannya, pelanggan berhak memperoleh diskon makanan dan minuman yang ada
di seluruh gerai es teler 77. Atas kerjakeras dan perjuangan keluarga Sukyatno
dalam mengembangkan bisnisnya, berbagai penghargaan pun pernah diterimanya.
Kesuksesan es teller 77 dalam mengembangkan bisnis franchisenya, menjadi
motivasi besar bagi semua orang.
v 3 Orang sukses karena Wirausaha
Dahlan Iskan
Dahlan Iskan beliau dikenal masyarakat
karena keberhasilannya dalam memimpin surat kabar Jawa Pos, yang awalnya hanya
koran daerah yang hampir gulung tikar menjadi koran Nasional dengan penjualan
yang sangat fantastis. Dahlan Iskan dilahirkan di Magetan Jawa Timur, tepatnya
di Desa Kebun Dalam Tegalarum, Kecamatann Bando 17 Agustus 1951. Dahlan Iskan
adalah anak dari pasangan Muhammad Iskan dan Lisnah.
Dahlan
adalah anak ketiga dari empat bersaudara . kakak pertamanya bernama Khosyatun,
kakak keduanya bernama Sofwati sedangkan
adik bungsunya bernama Zainudin.
Orang
tuanya bukanlah orang kaya, bahkan sangat miskin sekali ia dan
saudara-saudaranya terbiasa dalam hidup kesederhanaan. Kehidupan ia waktu kecil
membuatnya menjadi pribadi yang tangguh serta menurutnya kemiskinan harus
dihadapi dengan bekerja dan berusaha.
Riwayat
pendidikan Dahlan Iskan, beliau bersekolah di Madrasah yang juga disebut
Sekolah Rakyat setelah tamat ia melanjutkan sekolahnya ke sekolah lanjutan
tingkat pertama, kemudian ke Sekolah Aliyah setelah tamat ia melanjutkan ke
IAIN Sunan Ampel dan di Universitas 17 Agustus namun ia keluar karena terlalu
asyik menulis majalah dan koran mahasiswa ketimbang mengikuti kuliah. Kemudian
ia hijrah ke Samarinda untuk menjadi reporter di surat kabar lokal. Pada tahin
1976 ia pindak ke Surabaya bekerja sebagai wartawan di majalah Tempo. Walau sudah bekerja ia juga diam-diam menulis
untuk koran lain seperti Surabaya Post dan Ekonomi Indonesia.
Tahun 1982 ia di promosikan menjadi
pemimpin koran Jawa Pos, Jawa Pos hampir bangkrut karena kalah saing namun ia
tak berputus asa ia mencari cara untuk menyelamatkannya, dengan caranya
akhirnya omset Jawa Poat naik 20 kali lipat yaitu 10,3 miliar namun ia
mengundurkan diri dan memberi kesempatan kepada yang lebih muda lalu ia
mendirikan stasiun TV lokal Surabaya (JTV & SBO), Batam (Batam TV), Pekan
Baru (Riau TV), FMTV di Makassar, Palebang (PTV), dan parahyangan TV di Bandung
dan yang lainnya yang mencapai 34 stasiun TV lokal. Selain itu ia juga memiliki
perusahaan listrik ia juga menjadi direktur pembangkit listrik swasta PT Cahaya
Fajar Kaltim dan PT Prima Electrik Power di Surabaya dan hal ini yang menjadi
salah satu alasan ia di tunjuk menjadi Direktur Utama PLN. Puncak kariernya Pada tanggal 19 Oktober 2011
Presiden SBY menunjuknya menjadi Menteri BUMN.
Bacharuddin Jusuf Habibie
Prof.Dr.-Ing.H.Bacharuddin
Jusuf Habibie (lahir di Parepare, Sulawesi Selatan, 25 Juni1936; umur 78
tahun) adalah Presiden Republik Indonesia yang ketiga.
Ia menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri dari jabatan
presiden pada tanggal 21 Mei1998. Jabatannya
digantikan oleh Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang terpilih sebagai
presiden pada 20 Oktober1999 oleh MPR hasil Pemilu 1999. Dengan menjabat selama 2 bulan dan
7 hari sebagai wakil presiden, dan 1 tahun dan 5 bulan sebagai presiden,
Habibie merupakan Wakil Presiden dan juga Presiden Indonesia dengan masa
jabatan terpendek. Saat ini namanya diabadikan sebagai nama salah satu
universitas di Gorontalo, menggantikan nama Universitas Negeri Gorontalo.
Habibie merupakan anak keempat dari delapan
bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo. Ayahnya yang
berprofesi sebagai ahli pertanian berasal dari etnis Gorontalo dan memiliki keturunan Bugis, sedangkan ibunya beretnis Jawa. R.A. Tuti Marini Puspowardojo
adalah anak seorang spesialis mata di Yogya, dan ayahnya yang bernama
Puspowardjojo bertugas sebagai pemilik sekolah.
B.J. Habibie menikah dengan Hasri Ainun Besari pada tanggal
12 Mei 1962, dan dikaruniai dua orang putra, yaitu Ilham Akbar Habibie dan
Thareq Kemal Habibie.
Ia pernah
berilmu di SMAK Dago. Ia belajar teknik mesin di Universitas Indonesia Bandung (Sekarang Institut Teknologi Bandung) tahun 1954.
Pada 1955-1965 ia melanjutkan
studi teknik penerbangan, spesialisasi
konstruksi pesawat terbang, di RWTH Aachen, Jerman Barat, menerima gelar diplom
ingenieur pada 1960 dan gelar doktor
ingenieur pada 1965 dengan predikat summa cum laude.
Habibie pernah bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm, sebuah
perusahaan penerbangan yang berpusat di Hamburg, Jerman, sehingga mencapai puncak karier
sebagai seorang wakil presiden bidang teknologi. Pada tahun 1973, ia kembali ke
Indonesia atas permintaan mantan presiden Soeharto.
Ia kemudian menjabat sebagai Menteri
Negara Riset dan Teknologi sejak tahun 1978 sampai Maret 1998.
Sebelum menjabat sebagai Presiden (21 Mei 1998 - 20 Oktober 1999), B.J. Habibie
adalah Wakil Presiden (14 Maret 1998 - 21 Mei 1998) dalam Kabinet Pembangunan VII di bawah
Presiden Soeharto. Ia diangkat menjadi ketua umum ICMI (Ikatan
Cendekiawan Muslim Indonesia), pada masa jabatannya sebagai menteri.
Dr. Hamdan Zoelva, S.H., M.H
Dr. Hamdan
Zoelva, S.H., M.H. (lahir di Kota Bima, Nusa Tenggara
Barat, 21 Juni1962; umur 52 tahun) adalah Ketua Mahkamah
Konstitusi Indonesia periode 2013-2015,
menggantikan Akil Mochtar yang di berhentikan
karena terlibat kasus suap sengketa pilkada Kabupaten Lebak,
Banten. Ia juga pernah menjabat sebagai salah
satu pengurus di Partai Bulan Bintang.
Hamdan
Zoelva lahir dari pasangan TG. KH. Muhammad Hasan, BA, yang merupakan pimpinan
Pondok Pesantren Al-Mukhlisin di Bima, dan Hj. Siti Zaenab. Hamdan menghabiskan
masa kecil di Desa Parado, sekitar 50 kilometer dari Kota Bima. Ia dibesarkan
dalam tradisi keluarga santri dan disekolahkan di Madrasah Ibtidaiyah.
Menginjak kelas 4, ia dipindahkan ke Sekolah Dasar Negeri No. 4 Salama Nae Bima
pada 1974, sambil menjalani pendidikan agama di Madrasah Diniyah. Setelah lulus
SD, ia melanjutkannya ke Madrasah Tsanawiyah Negeri Padolo Bima pada 1977, dan
menamatkan pendidikan tingkat atasnya di Madrasah Aliyah Negeri Saleko Bima pada
tahun 1981.
Gelar
Sarjana Hukumnya ia dapatkan dari Universitas Hasanuddin, Makassar,
di mana ia mengambil jurusan Hukum Internasional. Saat menjalani kuliah di
Universitas Hassanuddin, ayahnya meminta Hamdan untuk mengambil pendidikan
tinggi di bindang agama untuk melanjutkan tradisi keluarganya yang berlatar
belakang pesantren. Karena itu, Hamdan memutuskan untuk mendaftar ke Fakultas
Syari'ah IAIN Alaudin, Makassar (1981-1984). Semasa mahasiswa, Hamdan aktif di
berbagai organisasi kemahasiswaan, salah satunya adalah Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI). Di organisasi tersebut, ia menjabat sebagai Ketua Badan Koordinasi
HMI Indonesia Timur. Karena kegiatannya mengurus organisasi, ia memilih untuk
melepas pendidikannya di IAIN Alaudin meski sudah berkuliah selama tiga tahun
dan hampir mendapatkan gelar Sarjana Muda.
Ia
juga sempat mengenyam pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan,
Jakarta (1998-2001), yang juga tidak diselesaikan. Pada tahun 2004, ia berhasil
mendapatkan gelar Magister Hukum dari Universitas Padjajaran, Bandung,
dan meraih gelar doktor S3 di bidang Ilmu Hukum Tata Negara dari universitas
yang sama pada tahun 2010, dengan disertasi berjudul "Pemakzulan Presiden
di Indonesia."Hamdan memulai kariernya ketika dengan menjadi asisten dosen
di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin serta Fakultas Syariah IAIN Makassar
(1986-1987). Ia sempat melamar menjadi dosen, namun ditolak. Atas saran dosen
pembimbingnya, ia merantau ke Jakarta dan bekerja selama tiga tahun sebagai
Asisten Pengacara & Konsultan Hukum pada Law Office OC. Kaligis &
Associates Jakarta, yang secara khusus menangani bidang Non Litigasi, pembuatan
kontrak & perjanjian - perjanjian dagang, investasi PMA, perburuhan,
negosiasi dan lain-lain sebelum akhirnya mendirikan kantor hukum sendiri,
SPJH&J Law Firm. Pada tahun 1989, diangkat dan
dilantik sebagai pengacara dalam lingkungan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta. Di
tahun 1997, Hamdan memutuskan untuk memisahkan diri dan membangun kantor
advokat Hamdan, Sujana, Januardi, dan Partner (HSJ&P) hingga dibubarkan
tahun 2004.
v Perbandingan 2 karakter
tersebut adalah
Perbandingan
|
Sukses Karena Bekerja
|
Sukses Karena Berwirausaha
|
Sikap
|
Mengajukan ide-ide agar karakter kreativitasnya terasah, tegas,
membuka diri untuk hal-hal yang baru yang berhubungan dengan pekerjaan.
|
Disiplin, berkomitmen tinggi, jujur, mandiri, bersifat rasional,
dan memiiki pandangan pada masa depan serta berani mencoba.
|
Percaya diri
|
Memilki keyakinan dan optimisme.
|
Memiliki Keyakinan dan optimisme.
|
Pengambil resiko
|
Berani mengambil resiko untuk mewujudkan mimpinya
|
Memilki kemampuan dalam mengambil resiko dan menyukai tantangan.
|
Kepemimpinan
|
Mampu berinisiatif,
bekerjasama dan membina hubungan baik, membuka diri, tepat waktu dan
tidak mengeluh.
|
Bersikap sebagai seorang pemimpin, suka bergaul, suka terhadap
kritik dan saran yang membangun serta rasa tanggung jawab.
|
Kepribadian
|
Pantang mengeluh, pejuang, dan pekerja keras serta memiliki
ambisi untuk sukses.
|
Memiliki kemauan untuk belajar dan kemampuan yang tinggi dalam
memimpin dan menjalankan usahanya serta berani mencari dan menangkap peluang
usaha.
|
v Karakter dari
orang-orang tersebut yang ingin saya
miliki, antara lain :
a. Kerja keras tinggi dan percaya
diri
b. Memiliki
tekad yang kuat untuk bekerja secara mandiri
c. Sabar dan pantang menyerah
d. Memiliki kreatifitas dan inovatif yang
tinggi
e. Tekun dalam bidang yang ia minati
v Karakter Wirausaha yang saya inginkan :
a.
Lebih percaya diri
b.
Berani mengambil resiko
c.
Memiliki rasa tanggung jawab
d.
Sabar , Jujur dan ikhlas
e.
Tidak pantang menyerah
f.
Selalu bersyukur
g.
Bertekad bulat
h. Mampu membuat keputusan yang tepat
REFERENSI
P, Nazarudin. 2013. 5
wirausahawan sukses diIndonesia.
diakses pada 24
September 2015
Hamzah. 2015.
Tokoh sukses karena bekerja.
diakses pada 24 september 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar